Sabtu, 24 Maret 2018

Saya Adalah Saya


Saya Adalah Saya

     Saya tidak tahu harus memulai darimana untuk mengawali cerita tentang diri saya sendiri karena memang tidaklah mudah menceritakan diri sendiri ketimbang menceritakan tentang hal-hal lain di luar diri saya sendiri. Semoga siapa pun yang membaca kisah saya ini tidak bosan karena kalau boleh jujur tidak ada hal yang khusus dalam hidup saya. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena hampir sebagaian hari-hari saya, saya jalankan seperti ibarat air yang mengalir.
     
     Sebelum saya membagikan kisah hidup saya, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Paulina. Saya dilahirkan di dalam sebuah keluarga besar. Saya mempunyai sebelas saudara/i kandung tetapi yang hidup cuma sepuluh orang termasuk saya adalah anak ke delapan dari sepuluh saudara. 
    
     Saya teringat waktu kami semua masih kecil-kecil, rumah kami terasa ramai tidak pernah sepi karena pasti saja ada yang ribut satu sama lain. Apalagi ketika kami semua mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah, biasanya akan ramai sekali suasananya karena kami diharuskan mengerjakan pekerjaan sekolah di ruang tamu bersama-sama. Biasanya kalau kami semua sudah ribut, yang paling pusing adalah mama saya. Beliau akan mulai dengan nada do tinggi untuk bisa mengalahkan suara-suara kami dalam mengatur kami semua. Papa saya sering pulang malam untuk mencari nafkah dan biasanya kami ditinggalkan bersama mama di rumah. Biasanya kalau papa sudah pulang, kami semua langsung menyiapkan makan malam bersama setelah itu baru tidur malam.

     Di dalam rumah semua hal sudah ada peraturannya seperti bangun pagi jam berapa, makan siang jam berapa, beribadah jam berapa dan seterusnya. Banyak kegiatan baik di luar maupun di dalam rumah, semua ada aturannya. Aturan-aturan itu dibuat oleh papa untuk mendisiplinkan kami semua. Ya...bisa dimaklumkan umur kami semua hampir selisih setahun lebih jadi bisa dibayangkan tanpa peraturan dan disiplin yang ketat pasti kami tidak akan bisa jadi orang seperti sekarang ini. 

     Secara pribadi saya suka sekali melakukan hal-hal yang bersifat petualangan karena saya merasa senang tinggal di alam terbuka. Saya suka juga berolah raga karena dengan melakukan olah raga, saya dapat menyalurkan tenaga yang ada dalam diri saya. 

     Maklum kalau di kota Jakarta ini jarang di temukan tempat yang bisa dibuat untuk bertani. Di zaman sekarang ini saja, kita sudah susah menemukan lapangan kosong untuk bermain bersama seperti bermain sepak bola atau permainan sederhana yakni bermain lompat tali. 

     Masa-masa kecil saya cukup menyenangkan karena saya mempunyai banyak kakak dan dua adik. Sewaktu saya duduk di bangku sekolah dasar, saya termasuk anak yang sangat usil. Tidak pernah saya bertobat untuk mengusili temen-temen saya. Saya teringat dengan satu teman saya yang memiliki postur tubuh lebih kecil dari saya. Dia sering saya usili karena bagi saya, teman saya yang satu ini terlalu hiper active. 

     Pernah suatu hari saya sudah tidak tahan dengan kecerewetan teman saya ini, saya menaruh paku kecil di bangkunya sehingga bisa dibayangkan kalau ketika dia duduk, dia akan merasakan kesakitan tetapi tidak bisa teriak karena saat itu ada guru yang sedang mengajar. 

     Kalau saya ingat kenakalan saya kepadanya, saya sungguh menyesal dan malu. tidak pernah habis pikir mengapa terpintas dalam benak saya untuk melakukan hal yang gila seperti itu. Bisa saya bayangkan itu anak pasti sebenarnya jengkel tetapi tidak bisa buat apa-apa. 

     Sungguh saya menyesal dan jika suatu saat saya bertemu dia, saya akan mengakui kesalahan saya kepadanya dan meminta maaf kepadanya. #sabtulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar