Jumat, 16 Maret 2018

Tugas 2 Bahasa Indonesia

Jeritan Hati Seorang Gadis 

Hiduplah seorang gadis bernama Siti di kota Jakarta, kota metropolitan yang didambakan oleh banyak gadis-gadis desa lainnya. Siti adalah seorang wanita dimana dari kecil sampai sekarang dia harus hidup dengan perasaan lukanya yang tidak akan sembuh. Sampai sekarang Siti merindukan kembali ke masa anak-anaknya. Kerinduannya untuk kembali ke masa kanak-kanak hanyalah sebuah pelarian karena sebenarnya dia takut menghadapi hidupnya.  Hidupnya yang sekarang hanyalah hidup tanpa cinta. Siti tidak pernah tahu apa itu “CINTA” dan bagaimana rasanya dicintai dan mencintai.
Perasaan lukanyalah yang menutup Siti untuk berkembang seperti mengepakkan sayapnya untuk melihat keindahan dunia ini.. Waktu masa kecilnya  Siti pernah diperkosa oleh saudara laki-lakinya berulang kali. Hal itu terjadi begitu saja karena Siti  tidak pernah tahu apa itu SEX. Di rumahnya tidak ada internet pada saat itu, orang tuanya termasuk orang tua kuno dimana bagi mereka bicara sex sama saja bicara soal tabu. Jadi di dalam keluarganya  tidak pernah ada pembahasan soal soal  SEX. Siti tidak pernah baca buku tentang hal-hal yang berhubungan dengan sex sehingga pada masa kecilnya Siti bisa dikategorikan anak polos.
Ketika kakak laki-lakinya memperkosanya dalam jangka waktu yang panjang, Siti tidak pernah berpikiran negative dan tidak mengerti kalau yang dibuat oleh kakaknya merupakan perbuatan tidak senonoh yang tidak pantas dilakukan oleh seorang kakak kepada adik kandungnya sendiri. 
Kakak dari Siti selalu mengawali perbuatan mesumnya dengan diawali permainan sehingga Siti mengira ketika dia diperkosa, itu hanyalah sebuah permainan baru yangdiperkenalkan oleh kakaknya. Kata-kata yang diucapkan oleh kakaknya ketika niat mesumnya muncul adalah “mari Siti kakak ada permainan baru”. Siti yang suka akan permainan baru dengan semangat mengikuti keinginan kakaknya seperti dia disuruh buka bajunya, dia buka dan sebagainya.
Perkosaan itu terjadi semenjak Siti berumur  10 tahun dan terakhir kalinya dia diperkosa adalah ketika dia SMP kelas 2 atau kelas 3 SMP.  Siti diperkosa oleh kakaknya hampir setiap hari ketika rumahnya sepi.
Sebenarnya ketika kelas 6 SD Siti sudah merasa jenuh dengan permainan itu tetapi tidak berani mengatakan sejujurnya pada kakaknya karena alasan mau cari hidup damai. Mengapa Siti lebih memilih jalan ini? Karena dengan orang tuanya pun Siti sering mendapatkan pukulan baik karena Siti melakukan kesalahan maupun ketika Siti harus menerima pukulan karena fitnahan dari orang orang yang ada disekitarnya yang Siti sayang. 
Karena alasan ingin hidup tenang, Siti berusaha menjadi anak baik. Siti tidak pernah membagi penderitaannya kepada siapa pun karena Siti yakin pasti orang lain akan menganggap dia terlalu membesar-besarkan hal yang kecil.
Rupanya perkosaan yang dialaminya membunuh perasaan cinta yang ada di hati Siti. Siti tidak pernah mengenal maupun mengalami artinya Cinta. Bukan karena Siti adalah orang dingin tetapi hanya karena hidup yang dialami oleh Siti terlalu berat dan menyakitkan.
Sebenarnya Siti juga manusia rapuh yang ingin juga dicintai oleh orang lain tapi apa yang terjadi sampai dia bertumbuh besar dan dewasa, Siti merasa sepi dalam hidupnya. Walaupun di tengah-tengah keramaian Siti selalu merasa sepi. Hatinya ternyata sudah membeku.
Mungkin konyol kalau dibilang Siti tidak pernah merasakan perasaan dicintai maupun mencintai orang lain tetapi itulah kenyataan yang terjadi pada Siti. Siti kepingin juga hidup seperti orang normal dimana dicintai dan mencintai.
Tekanan mental akibat perkosaan yang dialaminya cukuplah memberikan dampak tidak baik dalam hidup Siti.. Bukan hanya perkosaan tetapi kekerasan fisik yang didapatkan oleh Siti dari  papanya cukup mempengaruhi pertumbuhan dirinya sendiri. Siti menjadi seorang wanita yang dari luar kelihatan kuat tetapi dalamnya Siti hanyalah wanita yang rapuh dan menderita. Ntahlah kapan Siti dapat menikmati hidupnya dan dapat menjadi dirinya sendiri bebas dari trauma dan tekanan mental.
Sampai saat ini Siti menghadapi tekanan mental dan traumanya hanya dengan berlari dengan menyibukkan dirinya dengan segala kegiatan. Bukan hanya berlari tetapi setiap trauma itu muncul, Siti membawanya dalam doa. Dengan doa Siti dapat mengeluarkan semua yang dia rasakan dan dia tidak perlu berpura-pura menjadi orang kuat. Hanya dalam doa Siti menemukan dirinya kecil dan rapuh. Ntahlah Sti tidak ingat kapan terakhir kalinya air matanya mengering.  hastag #sabtulis

                                                                                                                                         
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar