Sabtu, 14 April 2018

Luka Hati Seorang Gadis


SHEILA
(Luka Hati Seorang Gadis Kecil)

Judul          : Sheila (Luka Hati Seorang Gadis Kecil)
Pengarang  : Torey Hayden
Cetakan      : Ketujuh, Juni 2004
Penerbit      : Qanita



Torrey Haiden seorang psikolog yang menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja di lingkungan anak-anak yang menderita gangguan emosi. Dia mencurahkan waktunya sebagai asisten guru, guru, dan instruktur di universitas serta peneliti psikiatri. 

Dalam bukunya kalli ini, Torrey mengangkat kisah nyata tentang seorang anak gadis bernama "Sheila". Gadis ini cukup kotor dan tidak terawat ketika pertama kali Torrey bertemu dengannya di sekolah. Sheila anak tertutup dan suka menyendiri. Kepekaannya terhadap lingkuan sangatlah kecil karena dia sudah terbiasa hidup di dunianya. 

Sheila tidak suka menjadi dengan lingkungan sekolahnya. Dia tidak suka jadi pusat perhatian bagi siapa pun sehingga tidaklah mudah bagi guru untuk melakukan pendekatan dengannya. Siapa pun yang berusaha mendekatinya, semakin Sheila berontak dan pernah hampir melukai teman kelasnya hanya untuk mempertahankan dirinya.

Merupakan suatu tantang tersendiri bagi sang guru untuk mengenal sosok Sheila. Akhirnya Torrey mengerti kalau Sheila tidak suka diperhatikan karena alasan yang cukup menyayat hati sang guru yakni kekerasan yang harus di alami oleh sang gadis tersebut.

Sheila secara fisik terlihat seperti anak yang memiliki gangguan mental yang berat, tetapi rupanya masalah terbesar yang harus dihadapi olehnya adalah dia tidak pernah mengenal artinya kasih sayang. Yang diketahuinya hanyalah kekerasan fisik dari sang ayah.

Maka daripada itu, kasih sayang yang diberikan baik oleh temen-temen maupun oleh sang guru menjadi ancaman buatnya. Karena merasa diancam, Sheila akhirnya mudah marah dan melukai siapa pun. 

Perjuangan sang guru untuk membuatnya mengerti sangatlah panjang dan susah karena tidaklah mudah menyakinkan si gadis kalau dia pantas untuk di sayang, dicintai dan diperhatikan. Tidak semua orang buruk seperti ayahnya melainkan ada orang-orang yang mencintainya yakni salah satunya adalah sang guru.

Banyak cara telah dibuat oleh sang guru termasuk mempertahankan si gadis di depan pandangan dan cibiran dari guru-guru lain. Menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Torey untuk membuktikan kepada guru-guru lain kalau Sheila anak gadis yang manis dan baik.  

Membuat Sheila berbicara adalah hal yang paling sulit karena sudah lama anak ini tidak bicara hanya menekan semua perasaannya. Sungguh sebuah perjuangan bagi sang guru. 

Akhirnya berbulan-bulan tinggal bersama, kepribadian sang guru nmeluluhkan hati Sheila sehingga pelan-pelan gadis ini mulai terbuka dan mau diajak bicara oleh sang guru. Keterbukaan si gadis ini sungguh menciptakan keterikatan emosi antara guru dan sang gadis. Keterikatan emosi ini menyebabkan sang gadis meminta perhatian cukup besar dari sang guru dimana perhatian sang guru bukan hanya kepada dia melainkan sang guru juga harus memperhatikan murid-murid lain.

Suka duka yang terjadi antara Torey dan Sheila mengajarkan banyak hal bagi kita semua yakni:

"semua anak dimana pun dengan sikap dan tutur kata mereka, mereka pantas dan berhak menerima kasih sayang dari keluarga terlebih khusus dari orang tua. Anak bukannya tempat untuk melampiaskan marah , hasrat dan kekejaman apapun. Mereka punya hak untuk hidup bermartabat."

Buku ini sangat menarik dan sangat bagus dibaca terlebih khusus oleh guru dan orang tua karena kisah Sheila ini sangat patut di refleksikan dari banyak sudut pandang. #Sabtulis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar